Kamis, 22 November 2012


                       Kekuatan Doa 


Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al-Mu'min : 60)


Masalah adalah bagian tak terpisahkan dari hidup. Biasanya kita akan berkeluh kesah dan berputus asa ketika terperangkap dalam masalah. Tak jarang, ketatnya himpitan masalah kehidupan yang begitu keras membuat kita gelap mata, misalnya dengan mengakhiri hidup atau melakukan tindakan kriminal. (Naudzu billah min dzalik.....!!), tetapi seringkali kita melupakan bahwa Alloh SWT selalu "membuka" telinga untuk mendengar semua keluh-kesah hambanya. Ya, itulah kita seringkali melupakan do’a.

Yakinlah akan kekuatan do’a, karena do’a adalah senjata yang dapat menguatkan kita kala mengahadapi segala cobaan hidup dan jika kita sadari bahwa kekuatan hidup itu adalah Ibadah, senjatanya adalah Do’a, bentengnya adalah Iman & Ikhlas serta keindahannya adalah Silaturrahim.

Do’a menjadi salah satu cara menenangkan hati dan pikiran, itulah manusia, yang seharus mengakui dengan segala kerendahan hati akan kelemahannya sebagai mahluk, maka senantiasalah mendekatkan diri pada Yang Maha Kuat, Alloh SWT.

Manusia yang selalu berharap dan berdo’a tentu saja sangat disukai oleh Alloh, karena Dia Maha Kaya. Kekayaan Alloh tidak terhingga, meliputi segenap alam semesta. Bahkan Alloh bisa saja membuat alam semesta dalam jumlah yang tak terhingga. Betapa kecilnya manusia, manusia yang paling kaya sekalipun, jumlah kekayaannya tak seberapa. Begitu pula manusia yang paling pintar sekalipun, kepintarannya tak seberapa. Manusia yang paling kuat juga, kekuatannya tak seberapa. Sebab manusia adalah mahluk, yang fana, bisa melemah, menyusut bahkan mati. Dengan demikian, do’a dan harapan yang paling tepat, bukan menjadi manusia yang paling kaya, bukan menjadi manusia yang paling pintar dan bukan menjadi manusia yang paling kuat, tetapi menjadi manusia yang paling dekat…, paling dekat dengan Alloh, Tuhan yang Maha Kaya, Tuhan yang Maha Pintar dan Tuhan yang Maha Kuat.
Setiap manusia pasti memiliki harapan dan keinginan yang begitu banyak, dimana makin jelas harapan itu seolah akan makin mudah mencapainya, oleh karena itu jangan putus dan lelah berdo’a, karena do’a artinya permintaan, do’a artinya pengharapan dan do’a artinya penguatan keinginan.

Namun do’a tidak dengan seketika dapat dikabulkan, sebagaimana kesuksesan ataupun keberhasilan seseorang harus ada upaya dan kerja keras, begitupun dengan do’a. Tingkat pencapaian do’a sangat tergantung pada kebaikan Yang Maha Pemberi, yaitu Alloh SWT, selain itu tergantung pada upaya kita sebagai hambanya, karena bagaimanapun Alloh tidak akan mengubah nasib hambanya jika hamba tersebut tidak ada upaya untuk mengubah nasibnya sendiri. Untuk itu, ada amalan tersendiri yang mendukung agar terkabulnya do’a, antara lain yang saya sarikan dari beberapa buku2 islami, yaitu :

1. Do'a akan dikabulkan, jika tidak tergesa-gesa, yang dimaksud dengan tergesa-gesa disini, bukanlah membaca do'a dengan cepat-cepat, tetapi sikap mengeluh karena merasa do'anya tidak dikabul, atau mendesak Alloh agar do'anya segera dikabulkan, Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : Do 'a salah seorang di antara kalian akan diijabah selama tidak terburu-buru. Dia berkata aku sudah berdo 'a, tapi tidak diijab juga. (HR.Al-Bukhari)

2. Optimis do'a tersebut akan dikabul, Rasulullah Saw bersabda, Berdo 'alah kamu kepada Alloh dengan keyakinan akan diijabah. Ketahulah bahwa Alloh tidak akan mengijabah do'a dari hati yang lalai. (HR.At- Tirmidzi)

jika kita mengannggap bahwa do'a kita tidak mungkin dikabulkan oleh Alloh, karena merasa banyak dosa misalnya, maka pasti do'anya tersebut tidak akan dikabul. Dalam hadits berikut ini disebutkan:

Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw bahwa Alloh Azza wa Jalla berfirman : Aku tergantung sangkaan hamba, dan Aku bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia mengingat Aku, maka Aku mengingatnya dalam Dzat-Ku. Jika mengingat-Ku dalam sekumpulan, maka Aku mengingatnya dalam kumpulan itu. Mere. lebih baik dari mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, aku mendekat kepadannya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Jika, ia mendatangi Aku dengan jalan kaki, Aku datangi dia dengan berlari. (HR. Muslim)

Semakin kita mendekatkan diri kepada Alloh, maka Alloh akan lebih dekat kepada kita. Kedua hadits di atas, mengingatkan kita untuk selalu optimis bahwa suatu waktu do'a kita pasti akan dikabul oleh Alloh.

3. Rendah hati, semangat untuk dikabul, tidak dengan suara keras-keras

Berdo 'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Alloh) memperbaikinya dan berdo 'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Alloh amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS.AI-A 'raj: 55-56)

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS.AI-A 'raj: 205)

Dari Abi Musa ra berkata: Aku bersama Nabi saw dalam sebuah peperangan, Tidaklah kami mendaki sebuah bukit, dan tidak menaiki sebuah bukit, dan tidak menuruni lembah kecuali kami mengeraskan suara dengan takbir. Rasulullah saw lantas mendekati kami dan bersabda : Hai manusia peliharalah diri kamu, sesungguhnya kamu tidaklah berdo'a kepada yang tuli dan yang ghaib, tiada lain kamu berdo'a kepada Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Lantas beliau bersabda : Hai Abdullah bin Qais maukah aku ajarkan kepada kamu sebuah kalimat, dimana kalimat itu termasuk simpanan surga, Laa haula wa la quwwata illa billahi. (HR. AI-Bukhari)

Dari Ibnu Abbas ra memberitaukan bahwa mengeraskan suara dzikir ketika manusia selesai dari shalat wajib pernah dilakukan di zaman Nabi saw. Dan Ibnu Abbas berkata:

Sesungguhnya aku mengetahui ketika mereka selesai dari itu, dan aku mendengarnya. (HR.Al-Bukhari)

4. Beramal shaleh

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawabla, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo 'a apab. ia memohonkepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku d hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenart. (QS.Al-Baqarah : 186)

5. Berbakti kepada orang tua

6. Tidak makan minum yang haram

Dari Ibnu Abbas ra berkata: Aku membaca ayat ini. Kemudian Nabi saw bersabda : manusia makanlah oleh kalian dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan ba Kemudian Sa 'ad bin Abi Waqash berkata : Ya RasulAlloh do 'akanlah hamba agar menjadi, orang yang do 'anya dikabul. Nabi saw menjawab : Hai Sa 'ad apiklah kamu dalam makan, kamu akan menjadi menusia yang do 'anya dikabul. Demi diri Muhammad yang a pada kekuasan-Nya, sesungguhnya seseorang yang memasukkan sesuap makanan ya haram ke dalam mulutnya, maka tidak akan dikabul darinya selama 40 hari. Dan bara siapa yang tubuhnya tumbuh dari menipu dan riba, maka neraka yang paling pan! baginya. (HR.Ath-Thabrani- AI-Mu 'jamul Ausat VI:311)


Note :
"Ya, Alloh, jadikanlah hambaMu ini termasuk manusia yang paling dekat dengan Engkau dan tidak lelah berdo'a". Amiin Allohma Amiin........

Jumat, 26 Oktober 2012

Pertemuan ke 6 Mata kuliah Konstruksi alat ukur Psikologi.

Pada pertemuan kali ini tidak banyak yang dibahas materi pada kontalu, karena sebelumnya ada perdebatan antara mahasiswa (kami yang mengikuti mata kuliah ini ) dengan dosen yang hadir saat itu yaitu bu Lola.

Perdebatan dan permasalahan adalah tentang salah pahamnya instruksi yang kami saat hari itu, bahwa tugas kelompok yang akan dikumpulkan pada saat UTS adalah sampai  Bab 4 yang artinya sudah adanya perhitungan statistik dengan data yang kami terima, pastilah kami mahasiswa sangat terkejut mendengar berita itu, karena sepengetahuan kami bila membuat tugas penelitian atau proposal dari bab 1-3 dan di kumpulkan saat UTS.  sehingga waktu untuk memberikan materi sudah sempit dan materi yang diberikan tidak jauh beda dengan materi kemarin validitas dan relliabilitas, sedikit membahas indikator dan eitem melalui contoh saja. dan juga mahasiswa yang lain sibuk dengan kelompok masing-masing untuk membahas kerja sama mereka, alhamdulillah pekan kemarin kelompok kami sudah selesai bab 1-3, saat ini hanya butuh penambahan dan pengurangan, sehingga banyak juga teman-teman melihat contoh proposal yang sudah kami buat.

Akhirnya, sedikit melegakan kami setelah pulang dari kuliah ada e-mail masuk yang memberitahukan bahwa tugas proposal  itu hanya sampai bab 1-3 dan dikumpulkan saat UTS.

Jadi review jurnal pekan kemarin saya tidak menuliskan materi, namun sebagai bahan curhat serta dinamika kami sebagai mahasiswa dengan tugas-tugas di semester akhir ini membutuhkan waktu dan pikiran yang ekstra hingga saya merasakan tiap hari mengerjakan tugas sampai jam 12 malam, tidak ada waktu untuk sekedar melepaskan kepenatan kerja dan tugas-tugas.

semangat tetap saya kobarkan, agar semester ini bisa saya lewati dengan baik serta usaha ini akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Amin Ya Robbal 'Alamin.

wassalam
terima kasih

Rabu, 17 Oktober 2012




Ahad siang,  tepatnya tanggal 14 September 2012 di kampus Universitas Mercubuana Meruya, tepatnya di ruang D 201, kuliah jam 13.30 siang itu adalah KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. Pada pertemuan  ke 5 kemarin Sanita Magda Idhola sebagai dosen pengganti.

Penyusunan Skala Psikologi   

Pengukuran merupakan proses kuantifikasi atribut dan dapat menghasilkan data yang valid dan dilakukan secara sistematik.  Tes psikologi adalah tes yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek psikologi yang merupakan representative dari tingkah laku. Tes psikologi sangat beragam tergantung dari penggunaannya. Berdasarkan apa yang akan diukur, tes psikologi dapat dibagi kedalam beberapa bagian.
Menurut Cronbach (1976), tes psikologi terdiri dari tes yang mengukur performansi maksimal(maximal performance) dan tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance).
Tes yang mengukur performansi maksimal (maximum performance)
Tes ini dirancang untuk mengungkap apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik ia dapat melakukannya. Dalam penyajiannya, subjek selalu didorong untuk berusaha sebaik mungkin. Kesiapan, motivasi dan keinginan untuk berusaha di pihak subjek sangat penting artinya adalam mengerjakan tes ini. Karena itu petunjuk pengejaan tes harus dibuat sejelas dan setepat mungkin, Cara pemberian skor pun seringkali harus diberitahukan sebelumnya kepada subjek, demikian pula halnya batas waktu pengerjaan dan semacamnya. Dalam hal ini hanya pendekatan dan strategi pengerjaan soal-soal yang tidak diberitahukan kepada subjek. Yang dapat digolongkan dalam jenis tes ini adalah tes intelegensi, tes kemampuan khusus (misal tes bakat) dan sebagainya.
Tes yang mengukur performansi tipikal (typical performance)
Tes ini disusun untuk mengungkap apa yang cenderung dilakukan oleh subjek dalam situasi-situasi tertentu. Jadi tes ini tidak dimaksudkan untuk mengukur apa yang dapat atau mampu dilakukan oleh subjek, tetapi mengungkap apa yang akan dilakukannya. Biasanya subjek tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya. Stimulus dalam pengerjaan tes ini acap kali tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga, subjek sulit untuk menebak jawaban yang terbaik yang harus diberikan, dan subjek tidak mengetahui bagaimana jawabannya nanti akan diberikan skor. Yang termasuk dalam jenis tes ini seperti tes inventori minat, inventori kepribadian, dan semacamnya.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Uji Validitas:
Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut: “what the test measure and how well it does” (Anastasi, 1990), atau “apakah alat tes memenuhi fungsinya sebagai alat ukur psikologis?” (Nunnaly, 1978).

Prosedur validitas: 
    * Criterion-related validation: memprediksi dan mendiagnosa.

Criterion-related melihat validitas tes dalam memprediksi suatu tingkah laku. Criteria adalah tingkah laku yang hendak diramalkan. Jenis validitas ini dibagi menjadi dua yaitu, predictive dan concurrent. Predictive berguna untuk memprediksi suatu tingkah laku, memvalidasi tes-tes seleksi dan penempatan, yang kriterianya diambil setelah interval waktu tertentu. Concurrent digunakan untuk mendiagnosa suatu tingkah laku terutama kepribadian yang kriterianya diambil bersamaan dengan saat pengetesan.
   
 * Content-related validation: merepresentasikan materi (domain behavior) 
Sejauh mana peneliti yakin bahwa item-item sudah merepresentasikan sample tingkah laku perlu batasan tingkah laku à definisi operasional à domain. Di dalamnya terdapat expert judgement.
    * Construct related validation: mengukur psychological traits
Melihat sejauh sebuah tes tepat mengukur konstruk atau trait. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur validitas konstruk:
  •          Perubahan yang dipengaruhi perkembangan 
  •        Korelasi dengan alat tes lain, yang dibagi menjadi alat tes baru dengan alat tes lama, dan korelasi alat tes baru dengan alat tes lain.
  •       Analisis factor
  •        Experimental intervention
  •        Human information processing
  •        Internal consistency
  •       Convergent – Discriminant validity
Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas skala : 
1.  Konsep teoritik tidak cukup dipahami.
2.  Aspek keperilakuan tidak operasional.
3.  Penulisan aitem tidak mengikuti kaidah
4.  Administrasi skala tidak berhati-hati (penampilan skala, situasi ruang, dan kondisi subjek)
5.  Pemberian skor tidak cermat.
6.   Keliru interpretasi.

Selanjutnya validitas dibagi menjadi 3 tipe yaitu: validitas isi, validitas konstrak, dan validitas yang berdasat kriteria :

1). Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.mWalaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya. Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity(validitas logis).
·          Face Validity (Validitas Muka). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.
·         Logical Validity (Validitas Logis). Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.
Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

2). Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya (Allen & Yen, dalam Azwar 1986).Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenaitrait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal.
Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.

3). Validitas Berdasar Kriteria
Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria.
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).
·         Validitas Prediktif. Validitas prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya. Contohnya adalah sewaktu kita melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah kinerjanya setelah ia betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan melaksanakan tugasnya selama beberapa waktu. Skor kinerja karyawan tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara, misalnya menggunakan indeks produktivitas atau rating yang dilakukan oleh atasannya.Koefisien korelasi antara skor alat ukur dan kriteria merupakan petunjuk mengenai saling hubungan antara skor alat ukur dengan skor kriteria dan merupakan koefisien validitas prediktif. Apabila koefisien ini diperoleh dari sekelompok individu yang merupakan sampel yang representatif, maka alat ukur yang telah teruji validitasnya akan mempunyai fungsi prediksi yang sangat berguna dalam prosedur alat ukur di masa datang. Prosedur validasi prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin pula beaya yang tidak sedikit dikarenakan prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang dianggap selesai setelah melakukan sekali tembak, melainkan lebih merupakan kontinuitas dalam proses pengembangan alat ukur. Sebagaimana prosedur validasi yang lain, validasi prediktif pada setiap tahapnya haruslah diikuti oleh usaha peningkatan kualitas item alat ukur dalam bentuk revisi, modifikasi, dan penyusunan item-item baru agar prosedur yang dilakukan itu mempunyai arti yang lebih besar dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif saja.
·         Validitas Konkuren. Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren. Suatu contoh dimana validitas konkuren layak diuji adalah apabila kita menyusun suatu skala kecemasan yang baru. Untuk menguji validitas skala tersebut kita dapat mengunakan skala kecemasan lain yang telah lebih dahulu teruji validitasnya, yaitu dengan alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety Scale).

Uji Reliabilitas: 
         Reliabilitas adalah konsistensi alat tes yang dilihat dari skor dan z-score. Mengapa diperlukan kekonsistenan? Karena adanya perubahan-perubahan pada skor dan z-score yang disebabkan oleh ERROR. Terdapat dua macam error yaitu: systematic dan unsystematic error.
Prosedur reliabilitas:
 
         Pengujian reliabilitas dengan satu kali administrasi
·         Split half; Pengukuran reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara membelah alat tes tersebut menjadi dua bagian yang ekuivalen. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor-skor antar dua belahan (internal consistency). Teknik pengujian reliabilitas dengan teknik ini dibagi menjadi dua, yaitu Rulon dan Spearman Brown. 
·         Kuder Richardson; Mengukur konsistensi respon subjek pada item-item tes, sehingga disebut interitem consistency. Errornya disebut content sampling dan content heterogeneity sampling. Teknik pengujian reliabilitas dengan teknik ini dibagi menjadi dua, yaitu KR-20 dan KR-21
·         Coefficient alpha; Tujuannya sama dengan KR, hanya saja syarat yang harus dipenuhi adalah data yang diperoleh bersifat kontinum dan bukan dikotomi.

Pengujian reliabilitas dengan dua kali administrasi

·         Tes-retes. Untuk melihat stabilitas atau kekonsistenan alat tes dalam mengukur karakteristik atau trait dengan melaksanakan tes dan pengukuran terdiri lebih dari satu kali (diulang). Koefisien korelasi yang dihasilkan disebut dengan coefficient of stability. Error pada uji reliabilitas dengan teknik ini disebut time sampling error. 
·         Alternate form: immediate alternate form & delayed alternate form. Untuk melihat stabilitas alat tes dalam mengukur trait individu dengan melaksanakan tes dan pengukuran lebih dari satu kali dan menggunakan dua form tes, yaitu
§  Immediate: form kedua diberikan langsung setelah form pertama diberikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan disebut dengan coefficient of equivalence. Error pada teknik ini disebut sebagai content sampling & human error. 
§  Delayed: ada penundaan pemberian form kedua setelah form pertama diberikan. Koefisiennya disebut sebagai coefficient of equivalence & stability. Error pada teknik ini disebut sebagai content sampling, time sampling, & human error.

Interscorer reliability.
Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skore satu dengan skorer lainnya. Error yang muncul adalah interscorer differences.
o Revisi item
o Kalau memungkinkan dan perlu, dilakukan uji coba lagi
Skala psikologi banyak kelemahan dan memerlukan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi disebabkan:
1. Atribut psikologi bersifat latent dan tidak  mempunyai eksistensi riil.
2. Atribut2 dalam skala  psikologi ditulis berdasarkan indikator perilaku yang jumlahnya terbatas.
3. Respon yang diberikan oleh subjek terhadap stimulus dalam skala psikologi sedikit banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan.
4. Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi.
5. Interpretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif.

Objek pengukuran dapat berupa atribut fisik atau atribut psikologi. Kelebihan atribut fisik, dapat diukur sampai pada tingkat skala ratio yaitu angka interval yang memiliki harga 0 mutlak. Atribut psikologi hanya dapat diukur sampai tingkat skala ordinal.
Atribut Psikologi dikategorikan menjadi: atribut Kemampuan Kognitif (Intelegensi, Bakat dan Prestasi) dan Atribut Bukan Kemampuan (Atribut kepribadian). Skala dan tes adalah 2 hal yang BERBEDA.
·         Tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif
·         Skala digunakan untuk penyebutan alat ukur atribut non-kognitif.

Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi:
1.       Stimulus berupa pernyataan yang tidak langsung mengungkap indikator perilaku yang hendak diukur.
2.       Skala psikologi selalu terdiri dari aitem2.
3.       Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”
Karakteristik di atas menjadi ciri pengukuran terhadap performansi tipikal.
Validitas: ketepatan dan kecermatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukur. Validitas menunjuk sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan akurat dan teliti mengenai atribut yang akan diukurnya. Validitas merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap alat ukur.

 Ini saja kirannya tulisan saya dari beberapa sumber agar memberikan penjelasan bagi yang membaca terutama diri saya pribadi, dalam menyusun proposal konstruksi alat ukur psikologi.
wassalam dan tetap semangat tuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah di semester ini.

sumber bacaan :



Jumat, 12 Oktober 2012


lanjutan review pengukuran, kali ini bahasan say tentang tes APM, IST, SPM dan TPA.
dibawah ini sekilas tentang tes intelegensi. 

1. TES APM (ADVANCED PROGRESSIVE MATRICES)

Tes APM ini, bisa disajikan secara individual maupun klasikal dan tes APM ini bisa untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual diatas normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior sekalipun. Kalau mau tahu nama aslinya adalah Advanced Progressive Matrices yang disusun oleh J.C.Raven pada tahun 1943.
Khusus di Indonesia tes APM ini memiliki dua set yakni Set I dan Set II.
Tes ini disajikan dalam bentuk buku Set I berisikan 12 butir soal tes dan Set II berisikan 36 butir soal tes. Waktu yang dipelukan untuk mengerjakan tes ini adalah 45 menit, dimana 5 menit untuk  pengerjaan Set I dan 40 menit untuk Set II. Tentu waktu disini diluar waktu instruksi yang disampaikan oleh tester. Sebagai syarat tes yang baik APM juga memenuhi kaidah Reliabilitas dan Validitas sebuah alat tes.

2. TES SPM (THE STANDARD PROGRESSIVE MATRICES)

The Standard Progresive Matrices (SPM) merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk subjek yang buta huruf. Diciptakan pertama kali di tahun 1936, diterbitkan pertama kali di tahun 1938, SPM telah mengalami berbagai revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai di Indonesia yaitu revisi tahun 1960. Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai eduksi hubungan dan eduksi korelasi. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum (Raven, 1960 dalam Azwar 1996).
Tes SPM terdiri atas 60 soal dikelompokan dalam 5 seri untuk usia 6-65 tahun tujuannya mengukur dan menggolongkan tingkat kecerdasan umum dari subjek,
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa ketegori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, berfikir, bukan tes inteligensi umum. Menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat.

3. TES  IST  (INTELLEGENS  STRUCTURE TEST)

Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Jerman pada tahun 1953. Identik dengan tes intelegensi yang digunakan dengan tujuan untuk mengukur kecerdasan dan intelegensi seseorang menggunakan struktur tertentu sesuai dengan standar kebutuhan recruiter. Tes ini diukur dari ketepatan dan kecepatan seseorang dalam menyelesaikan struktur tes baku maupun tes non baku yang dibatasi dengan waktu tertentu.
Untuk tes ini ada 9 sub
·         SE        : melengkapi kata
·         Me        ;mengingat kata
·         Wu       : bentuk bangun ruang
·         Wa       : mencari kata yang bebeda/ ketelitian
·         Ge        : mencari dan menemukan kata yang memiliki pengertian yang sama
·         An        : perpadanan, hubungan kata yang identik
·         Ra        :operasi matematika sederhana 
·         Zr         ; deret angka geometri
·         Fa        ; menyusun bentuk dan pola terentu.
·          
4. Culture Fair Intelligence Test (CFIT)

Scale 2 and 3 From A and From B
Bentuk yang tersedia.Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah.Aspek yang diukur adalah Tes ini mengukur factor kemampuan mental umum (g-factor).Tujuan untuk ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.

5. TPA (TES POTENSI AKADEMIK)

Tes in bertujuan untuk mengukur kompetensi seseorang secara umum mengenai wawasan dan pengetahuan yang telah didapat selama menempuh pendidikan formal seperti saat kita kuliah ini, yaitu materi-materi yang diperoleh dari kurikulum yang sudah baku.
Misalnya ulangan umum baik siswa SD, SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi.

semoga ulasan singkat ini memberikan informasi yang bermanfaat.
wassalam 


 Daftar pustaka :

http://www.mcscv.com/produk_detail.php?page-id=Soal-Psikotes-IST-Intelligence-Structure-Test-Struktur-Kreativitas&rdmt=80305&id=defadm&pid=jenis-tujuan-tes-psikotes
 modul kuliah semester 5.

Rabu, 10 Oktober 2012


Pada pertemuan ke 4 kali ini, saya akan membahas sedikit tentang pengukuran dan beberapa tentang tes. 

                Measurement

Pengukuran (Measurement)
Ilmu pengukuran (measurement) merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliable.  Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variable sepanjang suatu kontinum.
Dalam dunia psikologi, subjek penelitian adalah manusia, dengan segala keunikannya. Pengukuran alat psikologi ini ada dua yaitu kecerdasan dan personality yang dinamakan tes psikologi.
Saya akan membahas secara singkat tentang tes-tes psikologi, sedikit memberikan gambaran umum, mari kita mulai dengan :

I.                     Bakat adalah

Kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan/ serangkaian respon ,melakukan latihan- latihan. Jadi bakat merupakan hasil interaksi antara hereditas &pendidikan.

Dimensi bakat (Guilford)
  •              Dimensi persepseptual: kemampuan dalam melakukan persepsi/ kepekaan panca indera yang berhubungan dengan kepekaan penglihatan, pendenganan dan kinestetik.
  •       Dimensi psikomotor, yang meliputi 6 faktor yaitu, kekuatan, impuls, kecepatan gerak/ketepatan, ketelitian, kooordinasi dan keluwesan atau fleksibelitas.
  •        Dimensi intelektual meliputi factor ingatan dan factor berpikir(kognisi, produksidan evaluasi.

Bakat (Thurstone)kemampuan mental dikelompokkan menjadi :
1.    Verbal (V): pemahaman akan hubungan kata, kosakata dan penguasaan komunikasi lisan.
2.    Number (N) : kecermatan, kecepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung dasar.
3.    Spatial (S): kemampuan mengenali berbagai hubungan bentuk visual.
4.    Word fluency (W) : kemampuan mencermati dengan cepat kata-kata tertentu.
5.    Memory (M) : kemampuan mengingat gambar, pesan, angka, kata-kata dan bentuk pola-pola.
6.    Reasoning (R) : kemampuan mengambil kesimpulan.

Macam-macam tes bakat

A.    Kelompok Baterai Tes

Rangkaian bermacam-macam tes yang masing-masing tes dapat berdiri sendiri, tidak harus digunakan secara keseluruhan, seperti :

1.    Tes DAT (Differential Aptitude)
Tes ini disusun oleh George K. Bennet, Harold G. Seashore dan Alexander G. Wesman.
Latar belakang muncul tes ini adalah :
a.    Tes ini disusun dengan maksud untuk mendapatkan prosedur penilaian yang ilmiah, terintergrasi dan standar, bagi siswa-siswa pada kelas 8-12 di Amerika, dengan dasar IQ saja dipandang sudah tidak memadai.
b.    Dilator belakangi kesadaran [para ahli psikologi bahwa kemampuan mental tidak hanya terdiri dari satu factor saja melaikan banyak factor, sehingga dibutuhkan suatu tes yang dapat mengukur bermacam-macam factor dengan beberapa skor kemampuan yang diukur.
c.    Tujuan tes ini untuk konseling/ penjurusan dan seleksi pekerjaan.

Tes ini terdiri dari 7 tes yaitu :

·         Verbal reasoning
·         Numerical ability
·         Abstract reasoning
·         Space relation
·         Mechanical Reasoning
·         Clerical Speed & Acuracy
·         Language Usage : Part 1 – SpellingPart 2 – Sentences

Administrasi DAT Sebaiknya Diberikan scr keseluruhan (satu seri), tp dpt juga diberikan persatu sub tes scr terpisah sesuai tujuan & aspek yg akan diukur. Disajikan/diberikan sedemikian menarik & tdk monoton

2.    Tes FACT (Flanagan Aptitude Classification Test ) 

Tes ini disusun oleh J.C. Flanagan, seorg profesor pd universitas Pittsburgh. Tes ini dirancang untuk menentukan sistem klasifikasi yg baku unt ukmenerangkan bakatyg penting guna kesuksesan prestasi dari tugas occupational. Namund emikian batterai tes ini juga diranc unt konseling vokasional, seleksi &placement.Tujuan pengunaan tes ini:a). Alat bantu unt memprediksikan keberhasilan kerja & perenc program latihan dlm rangka konseling pekerjaanb). Alat seleksi & penempatan kerja (placement).

 FACT terdiri 14 tes:

o   Inspection, mengukur kemamp unt melihat scr cepat & tepat ketdk sempurnaan dari serangkaian artikel
o   Coding, mengukur kecept & ketepatan pemberian kode pada informasiperkantoran
o   Memory, mengukur kemamp menginngat kode pd tes 2
o   Precision, mengukur kecept & ketepatan dlm menggerakkan jari. Kemampini dibutuhkan dlm bekerja dg objek yg kecil
o   Assemble, mengukur kemamp melihat bgmn sejuml obyek model yg terpisahakan tampak jika diatur sesuai dg instruksi tanpa model yg sesungguhnya
o   Scale, mengukur kecept & ketepatan dlm membaca skala, grafik, denah
o   Coordination, mengukur kemamp koordinasi gerakan tangan & lengan
o   Judgment & comprehention, mengukur kemamp membaca dgpemahaman, penalaran logis, & digunakan dlm membuat keputusan
o   Aritmethic, mengukur ketrampilan dlm bekerja dg angka
o   Patterns, mengukur kemamp reproduksi outline pole sederhana scr tepat& teliti
o   Componen, mengukur kemamp unt mengidentifikasi bag komp penting
o   Tabel, mengukur kinerja membaca tipe tabel
o   Mechanics, mengukur tent pemahaman prinsip-prinsip mekanika &menganalisa gerakan mekanik
o   Expression,mengukur perasaan & penget tent bhs Ingg yg benar.

3.     Tes GATB (General Aptitude Test Battery)

Dikembangkan oleh The United State Employment Services ( USES ) tahun 1947 & 1968, bimbingan kerja karyawan. Mencakup 12 tes yang menghasilkan 9 faktor yaitu
·         G – general learning ability Kosa kata, penalaran aritmatika, ruang 3 dimensi
·          V – verbal aptitude Kosa kata, memilih 2 kata yang mempunyai arti sama/berlawanan.
·          N – numerical aptitude Komputasi (perhitungan) & penalaran aritmatik
·         S – spatial aptitude Kemampuan memahami gambar 2 dimensi yang mewakili objek   3 dimensi atau visualisasi pengaruh gerakan dalam 3 dimensi.
·         P – form perception Mencocokan gambar alat” yang identik serta bentuk” geometric
·          Q – clerical perception Mirip dengan P tetapi menuntut mencocokan nama
·         K – motor coordination Membuat tanda tertentu menggunakan pensil pada sederet bujur sangkar.
·         F – finger dexterity Memasang keeling & membongkar cincin/mur
·          M – manual dexterity Memindah & membalikkan balok” kecil dalam papan

Macam Sub Tesnya Adalah :

1.    Tes perbandingan nama (name comparison)
2.    Tes komputasi (perhit)
3.    Tes tiga dimensi (three dimentional space)
4.    Tes perbendaharaan kata (vocabulary)
5.    Tes memasangkan alat (tool matching)
6.    Tes aritmatik
7.    Tes memasangkan bentuk (form matching)
8.    Tes membuat tanda (mark making)
9.    Tes meletakkan (place test)
10.  Tes membalik (turn test)
11.  Tes merakit (assemble)
12.  Tes mengurai (dissemble)

12   ub tes diatas dibagi lagi dalam 2 kelompok tes :

Ø  No 1 s/d 8 adalah tes verbal atau tes paper & pensil yang mana penyajiaanya harus urut
Ø  No 9 s/d 12 adalah tes perform atau non paper & pencil test yang dapat diberikan sesudah/sebelum tes verbal.

B.    Kelompok Single Tes ;

Dikelompok ini ada tes diantaranya : Tes sensory, tes artistik, tes clerical, tes kreativitas, tes kraeplin/ Pauli

Saya cukupkan sekian dulu bahasan ini, semoga lain kali kita membahas tes-tes yang lain. Terima kasih semoga bahasan ini bermanfaat.


Wassalam
terima kasih. 

Daftar pustaka :
 Psikodiagnostik bakat- minat (semester 6)  Diah Widiyawati, M.Psi dan Dra. nunnie Ratna W, MM.